Selasa, 26 Juni 2012

Ceritakan Ranselmu: Sebuah pelajaran tentang perjalanan (hati)

Kamuka Parwata Fakultas Teknik Universitas Indonesia, klub pencinta alamku baru saja mengadkan sebuah acara yang berjudul sama seperti judul tulisan ini. Baru saja selesai aku bangun, dan berbenah diri. Menyiapkan diri sebelum menghadiri acara ini. Sebenarnya malas aku bersiap-siap dan pergi ke perpustakaan pusat yang lumayan jauh. Untung saja ada alumni yang mampir ke sekret, jadi tak perlu lagi aku naik motor untuk pergi ke sana, tinggal nebeng aja.

Fiuuhh, panas sekali siang ini, pikirku. Untung aja naik mobil. hahaha. Begitu sampai cepat ku bergegas masuk ke dalam perpustakaan pusat agar tak terlalu lama kepalaku ini menjadi bulan-bulanan terik sang dewa siang hari. Tak sering memang aku mengunjungi gedung termewah di kampusku ini. Jadi terang saja aku buta arah, tak tahu mau kemana dan dimana acara itu berlangsung. Huufftt, panitia memang sudah meyiapkan ini dengan matang, tampak dari panitia yang berjaga di lantai dasar untuk menjamu dan mengarahkan peserta agar dapat menuju lokasi acara tanpa tersesat.

"Ting-tung", lift tiba di lantai 6. Tulisan di selembar kertas yang panitia pasang di depan pintu lift langsung menyambut kami. Arah kakiku langsung bergerak ke kiri badanku, tampak para panitia registrasi duduk sambil menjajakan buku karangan para pembicara dan souvenir untuk pencarian dana MP. Maklum, setiap acara yang kami lakukan sekarang untuk menunjang dana MP tahun ini. Selesai registrasi dan menyantap snack, langsung aku masuk ke dalam ruangan yang memang didesain secara mantap untuk menjadi ruangan seminar seperti acara ini juga.

Acara ternyata sudah dimulai saat aku masuk. Perkenalan profil dari 3 pembicara ini mengawali kisah besar mereka yang akan mereka bagi. Muhammad Gunawan Alif, Gol A Gong, Daniel Mahendra. Aku hanya kenal salah seorang dari mereka, manusia paruh baya sekitar berumur 40 atau 50an tahun dengan wajah tenang dan kumis serta kacamata yang menutupi sorot matanya, "Bang Emji". Sofa ini begitu nyaman terasa saat dengan penuh gairah kudengarkan cerita dari para pembicara.  Dengan mantap mereka bercerita tentang perjalanan ala "backpacking"-nya saat muda dulu. Bang Emji yang paling senior memang memiliki segudang cerita tentang muka bumi pertiwi kita ini. Mendatangi 27 dari 28 provinsi saat itu saat kuliah adalah hal gila kawan, "luar biasa". Dan hal itu harus dibayar dengan 10 tahun masa kuliahnya. Lain cerita dengan Gol A Gong yang mengaku terinspirasi dari tulisan-tulisan Bang Emji di majalah Gadis saat itu. Dirinya, lebih senang bepergian seorang diri, mendatangi tempat-tempat etnis dan budaya. Mencari sebuah cerita untuk menjadi tulisannya. Dan, Balada Si Roy adalah salah satu mahakarya dirinya, yang ternyata menginspirasi hampir seluruh peserta talkshow ini.

Daniel Mahendra, si-paling-muda menjadi orang yang paling fresh menceritakan perjalanan teranyarnya ke negeri Tibet. Di bukunya yang berjudul Perjalanan Ke Atap Dunia dengan detail cerita perjalanan yang menggambarkan apa yang ia rasakan dalam perjalanan itu. Perjalanan dengan jalur darat selama 2 hari 1 malam ternyata menjadi daya tarik tersendiri baginya. Mereka memiliki cara mereka sendiri dalam menikmati hidup, menjadi bebas dan lepas untuk bisa pergi kemana saja dan melakukan apa saja yang mereka mimpikan. Tipikal mereka sama, suka perjalanan dan mengarsipkannya. Agar perjalanan tersebut tidak hilang begitu saja dalam sapuan ingatan dan jaman. Agar perjalanan mereka menjadi inspirasi bagi orang lain. Seperti kata Daniel "saat kecil, mimpi saya adalah untuk pergi ke Tibet karena membaca serial TinTin saat itu. Dan itu menjadi hutang masa kecil saya yang harus saya lunasi." pun dengan Bang Emji "Saya merasa tidak ada hambatan bagi saya untuk bisa melakukan perjalanan ke mana saja yang saya inginkan, tidak soal ransel, uang, atau apapun itu."

Apapun yang mereka katakan adalah satu hal yang terpenting: perjalanan akan selalu memberikan pelajaran yang mungkin berarti atau mungkin tidak. Tapi sebuah pelajaran adalah hal yang baik, dan hal yang baik tidak pernah mati. Tularkanlah hal yang baik itu ke semua orang. Sejak saat itu, pikiranku dipenuhi dengan rencana perjalanan. Sebuah perjalanan yang aku anggap cukup besar untuk bisa membesarkan diriku dan mungkin orang lain...

Stambuk K-286-11