Selasa, 05 Februari 2013

Some differences that makes a big difference

Sebuah perbedaan; mungkin stigma umum bagi kita yang seakan-akan membuatnya menjadi suatu positif. Suatu pembenaran akan sesuatu hal. Hidup ini indah akan karena adanya perbedaan, hidup ini berwarna karena kita tidaklah sama, perbedaan membuat segalanya saling harmonis dalam balutan kabut pembenaran.
Opiniku, pada dasarnya seluruh manusia mencintai keseragaman, suatu keharmonisan dari sebuah kecocokan. Tak akan pernah ada hitam yang bercampur dengan putih. Katakan hitam adalah hitam, dan katakan putih adalah putih. Namun kita hidup dalam sebuah warna yang ambigu, tidak pasti cenderung munafik; abu-abu. Pernahkan kalian berpikir untuk berteman dengan orang yang jelas-jelas berlawanan dengan anda? Anda menyukai musik rock dan mereka menyukai musik jazz sebuah perbedaan dramatis yang begitu kontroversial, yang hanya dengan sebuah toleransi tinggi dapat saling memahami. Tapi aku pernah membaca sebuah buah pikiran orang besar di jamannya, ia menyerukan sebuah ketidaksetujuan akan adanya toleransi. Itu adalah sebuah pembunuhan karakter, jangan dirimu berpura-pura menyukai musik jazz padahal anda penikmati sejati musik rock itu omong kosong! Paling sebatas anda mentolerir orang penikmat musik itu, bukan musiknya. Lalu, kenapa dunia ini penuh dengan perbedaan? Benakku terbang cepat menembus waktu ke belakang, ke masa lampau saat diriku belum lahir di dunia ini. Lahirnya sebuah suku bangsa, ras dan agama. Yang begitu menjadi momok dalam kehidupan, sebuah polemik tiada akhir yang akhirnya menjadi tabu untuk dibahas. Sebuah kontroversi kehidupan yang ternyata manusia itu sendiri yang menciptakannya. Ironis, sebuah perbedaan yang dibuat ternyata tidak dapat ditolerir namun menjadi sebuah pakem yang harus dijaga tetap berbeda, tidak pernah menjadi satu dan tidak akan pernah menuju sebuah keharmonisan di dunia ini. Ada apa dengan suku ku? Suku nya? Agama ku? Agama nya? Dia adalah dia, dan aku tetap aku. Apakah berhenti di situ? Lalu untuk apa kita dibedakan? Untuk sebuah warna dalam kehidupan yang lebih indah?! Omong kosong! Manusia tidak terlahir dalam sebuah ajaran bahwa memahami subyek adalah hal yang harus dilakukan, mentolerir si penikmat musik jazz agar menjadi warna dalam kehidupan mereka. Tapi apa? hahh...

Setidaknya sudah lama aku tidak bermain dengan kata-kata yang ada dikepalaku yang kosong ini. Penuh tanda tanya, penyangkalan akan kehidupan. Bahkan mulai menciderai adanya takdir kehidupan. Bahwa mati, jodoh dan harta bukan milik manusia, tapi milik-Nya. Lalu, kepercayaan macam apa yang membedakan Sang Ilahi? Kalau memang Sang Ilahi adalah satu, kurasa tidak mungkin menciderai keharmonisan dari sebuah kecocokan dalam hidup manusia. Atau manusia yang begitu perkasa menentukan ini adalah hitam dan itu adalah putih. Hitam tidak lagi hitam yang biasa, begitupun dengan putih. Apa sebenarnya tujuan lahirnya sebuah perbedaan? Kalau memang untuk keharmonisan kenapa di setiap hal yang dibedakan itu ada ajaran untuk bersama dengan yang serupa? Kau hitam dan aku putih, tapi hitam harus dengan hitam dan putih tidak boleh dengan hitam. APA TUJUANNYA?!

Tidakkah kau sadar? dunia ini makin rusak, dengan faham yang monoton dan cenderung klise, konservatif. Kata orang itu kolot. Tidak ada lagi manusia yang menghargai perbedaan, bukan pada obyeknya tapi fokuslah pada subyeknya. Karena kita manusia dahulu kala telah sepakat untuk menciptakan perbedaan agar hidup lebih bervariatif. Namun, kita manusia pula yang melupakan tujuan itu dan fokus pada obyek perbedaan. Seperti aku bilang, toleransi itu tidak ada yang berfokus kepada obyek bahwa rock dan jazz dapat disatukan, itu hanya sebuah pembenaran atau penuh dengan paksaan yang membuatnya menjadi munafik dan membunuh cita rasa serta karakter. Toleransi hanya mampu menjangkau sejauh subyek yang ada di dunia ini, aku penikmat rock dan kamu penikmat jazz. Silakan dengarkan jazz tapi jangan minta aku meninggalkan musik rock. Itulah sebuah keharmonisan yang dapat dicapai demi hidup yang berwarna di dalam kehidupan yang dibuat begitu berbeda ini. Namun saat obyek mengalahkan segalanya, maka saat itu dunia mulai hancur. Karena Tuhan memang satu, kita yang tak sama. Namun kita tetap dapat menjadi satu untuk mencintai satu sama lain dan Tuhan. - Sebuah dedikasi untuk kehidupan ini dan ARI