Sabtu, 21 Desember 2013

Brigade 04: Sebuah satuan aksi mahasiswa teknik, atau hanya isapan jempol belaka?

 Brigade merupakan suatu kesatuan aksi mahasiswa yang memiliki ruang gerak di UI. Tugasnya menjadi pusat gerak dari mahasiswa UI dalam menanggapi isu-isu kampus, nasional, regional, atau bahkan internasional. Kesatuan ini sebenarnya (khususnya di FTUI) berawal dari nama Teknik Ranger. Itu adalah ujar dari seorang alumni masa awal pergerakan mahasiswa tahun 60-70an. Teknik Ranger ini berkoordinasi dengan kesatuan aksi yang ada di lingkup kampus di Indonesia, Jakarta khususnya. Menurut Aswil Nazir, Teknik Ranger bermula atas gagasan salah satu mahasiswa Teknik Mesin tahun 64, Bang Ide Safridin Rahman[1]. Pada era itu, masa orde lama. Isu mengenai gerakan partai komunis mulai menyeruak ke masyarakat. Berdasarkan artikel-artikel sejarah ada kaitannya dengan konspirasi Amerika, dalam usahanya menjauhkan Indonesia yang meruapakan potensi kerja sama ekonomi penting dengan Uni Soviet (Rusia saat ini). Amerika tidak mau Indonesia bergerak lebih condong ke arah Uni Soviet karena akan membuat penguasaan daerah Asia-Pasifik menjadi sulit. Hal ini membuat Amerika, CIA khususnya membuat suatu penyebaran isu dan 'permainan propaganda' untuk menghancurkan pengaruh komunis di Indonesia.

Pada jaman orde lama, Soekarno sangat dekat hubungannya dengan pejabat Uni Soviet Hal ini dibuktikan dengan adanya bentuk kerja sama penjualan kapal perang canggih[2] (KRI Ratulangi) yang hanya mampu diproduksi Uni Soviet saat itu ke Indonesia, yang nantinya digunakan pada operasi Trikora untuk membebaskan Irian Barat dari pengaruh Belanda. Beberapa pejabat dari kalangan militer digerakkan oleh sekelompok golongan untuk mulai menghancurkan era Soekarno. Dimulai dengan penekanan kepada Presiden Soekarno menandatangani surat Super Semar[3] yang konon katanya dengan menodongkan pistol[4]. Bahkan menurut majalah Tempo, keberadaan surat Super Semar itu hingga kini masih rancu (keasliannya menurut ANRI) dan isinyapun rancu. Yang jelas, setelah kejadian itu membuat Soeharto dan militer menjadi memiliki kuasa lebih hingga sampai beliau mampu menunggangi kursi kepresidenan menggantikan Soekarno. Pergerakan mahasiswa saat itu dimulai dari pergerakan KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) yang kemudian disusul dengan bergabungnya kesatuan aksi lainnya seperti KAPI, KAPPI, dan lainnya setelah kejadian Gestapu 30/S atau G30/S PKI.
                                               Sumber: satya-kumara.blogspot.com

Wacana pendirian Teknik Rangers sesungguhnya telah dimulai sejak pecahnya pemberontakan Gestapu PKI di tahun 1965. Pada masa tersebut mahasiswa UI mulai turun ke jalan dan sejumlah aktifis termasuk mahsiswa FT sudah tidak pernah lagi pulang ke rumah. Mereka bercokol dan bertahan di kampus (fakultas kedokteran) untuk menyikapi situasi yang tidak menentu. Aktifis mahasiswa FT pun bergabung dengan KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) yang belakangan menjadi salah satu penggerak utama gerakan mahasiswa. Ketika Lasykar Ampera terbentuk, mahasiswa FT merasa terpanggil untuk ikut bergabung. Lasykar Ampera terdiri dari inti-inti (ibarat kompi-kompi di dunia militer). Kelompok mahasiswa FH dinamai INTI VIII, dan FT dinamai INTI IX. Pembentukan lasykar konon adalah agar perjuangan mahasiswa saat itu lebih terkoordinir dan tidak liar. Belakangan kelompok mahasiswa Teknik (INTI 9) diberi julukan Teknik Rangers dengan komandannya yang terplilih Ide S.R. (M’64).[5]

Memang sudah sejak awal, mahasiswa Teknik turut mengambil alih dalam mengawal isu-isu nasional yang tidak sedikit menjadi momentum krusial bagi perkembangan dan sejarah Indonesia. Mahasiswa Teknik memang bergerak secara bringas, berani dan tanpa muatan politik dari golongan tertentu yang trendnya kini memboncengi pergerakan mahasiswa untuk membentuk opini publik. Seperti misalnya pada era orde baru, mahasiswa Teknik menurut penuturan beberapa alumni era 90-an akhir menjadi garda terdepan dan barisan pengawal demonstrasi mahasiswa UI ke gedung 'terhormat' DPR, hingga mampu menduduki gedung kembar itu yang membuat presiden Soeharto mundur dari jabatannya sebagai presiden Indonesia setelah mempimpin selama 32 tahun lamanya. Mahasiswa Teknik tidak saja aktif dan rekatif terhadap isu-isu energi dan teknologi yang kini banyak digandrungi mahasiswa. Tapi seperti kata orang besar dulu, "Jangan sekali-kali melupakan sejarah", atau lebih dikenal dengan jas merah. Maka sudah selaiknya mahasiswa FTUI juga ikut pro-aktif dalam pengawalan isu-isu politik. Politik itu tidaklah kotor, seperti kata Bung Hatta. Kebanyak orang di dalamnya lah yang membuat politik menjadi kotor. Bahwa pada hakekatnya, politik itu suci yang ditujukan kepada kepentingan negara dan rakyatnya. Mengutip perkataan bapak Wagub Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, "Orang yang bersih dan jujur memiliki setengah dosa bila tidak mau terjun dalam politik. Maka politik sekarang ya isinya orang-orang kotor.", ujarnya dalam salah satu acara talk show di televisi swasta nasional. Memang benar, dan apakah sebagian dosa itu adalah milik mahasiswa FTUI yang hanya tinggal diam saja, sibuk mengurusi dirinya sendiri yang juga tak kunjung membaik. Sudah saatnya mahasiswa FTUI kembali membenahi diri, menjadi mahasiswa yang aktif dan pro-aktif dalam kegiatan politik baik kampus, maupun nasional.

Mahasiswa FTUI sudah kalah dibanding dengan mahasiswa rumpun sosial yang mendapat pelajaran dan ilmu tentang isu sosial dan bagaimana menanggapinya dengan paham-paham serta teori yang ada dari para pakarnya. Tapi mahasiswa Teknik punya suara bung. Sebagaimana sudah dijelaskan, kelebihan kita adalah bergerak dengan bebas untuk mengawal isu-isu yang ada. Tanpa muatan politik dari golongan tertentu. Kembali ke ranah pergerakan internal fakultas, lalu pertanyaannya dimana posisi Brigade 04 sebagai metamorfosis modern dari Teknik Ranger yang telah dengan brilian dan beraninya dicetuskan oleh para alumni pendahulu kita. Redupnya pengaruh dan suara Teknik di kancah kemahasiswaan universitas seakan menjadi tanda bahwa Brigade 04 sudah lapuk. Entah dimakan usia atau memang tidak ada lagi urgensitas serta gairah dalam mendinamisasi kehidupan kemahasiswaan agar tidak tinggal diam saja melihat ketidakadilan dan kesalahan para petinggi negeri ini. Pembahasan isu yang seharusnya berada di tangan Brigade 04 hanya menjadi isapan jempol belaka. Setidaknya, tidak ada yang dirasakan mahasiswa teknik secara langsung. Pada isu terakhir soal jalannya PEMIRA UI yang dinilai kacau pun, Brigade 04 dirasa terlambat dalam mengawalnya. Sampai bisa menjadi carut-marut dengan sederetan aksi vandalisme mahasiswa-mahasiswa yang katanya menuntut keadilan DPM UI. Apakah di sini tidak ada kaitannya dengan Teknik? Memang, hal itu bukanlah tanggung jawab mahasiswa secara langsung. Namun itu pandangan para orang apatis yang melakukan pembenaran, bahwa tugas utama mahsiswa adalah kuliah, menuntut ilmu setinggi-tingginya. Lalu apa? Padahal trend mahasiswa sekarang berbondong-bondong kerja di perusahaan multi nasional milik asing yang terus menerus menggerus kekayaan alam nasional. Bukan sok idealis, tapi mumpung menjadi mahasiswa yang masih bisa idealis tanpa ada tanggungan yang harus membuat kita menjadi realistis alangkah lebih baiknya kita tidak menjadi mahasiswa yang seadanya, atau bahkan diada-ada.

Sudahlah, lupakan soal isu pembinaan milik kaum eksekutif yang dirasa eksklusif itu. Bagi porsi mahasiswa teknik yang jumlahnya hampir tiga ribu ini. Bangkitkan kembali taring Brigade 04. Mengawal isu-isu nasional dan energi atas dasar basis anak teknik. Masih banyak dibelakang sana (baca:kantek belakang) yang peduli akan dinamisasi kemahasiswaan. Bagi para eksekutif baru, jangan tutup mata. Berhentilah bergaul dengan para birokrat-birokrat kemahasiswaan saja. Akankah potensi anak Teknik menjadi sia-sia dan tidak tersalurkan? Bahwa kalian harus sadari, posisi oposisi di dalam suatu tatanan negara (IKM FTUI dilambangkan sebagai negara yang independen) sangat penting sebagai mirror on the wall. Sebagai salah satu fungsi untuk kalian berkaca dan berbenah diri. Kini sudah era informasi yang berkuasa. Melakukan propaganda sebagai bentuk aksi juga sangat mudah, tinggal bagaimana membuat Teknik menjadi SOLID untuk bisa bergerak secara masif dan mempunyai sikap dan suara di luar. Teruskan prestasi akademik di bidang teknologi dan penelitian, buktikan bahwa pemikiran-pemikiran anak teknik sangat aplikatif di negara ini. Untuk itu, kita harus menyadarkan kepada para mahasiswa untuk melihat realita yang ada. Turun ke lapangan, lihat realita masyarakat yang ada laiknya perintah Tri Dharma Perguruan Tinggi.­ K-286-11


[1] http://aswilblog.wordpress.com/2010/04/27/sekilas-tentang-tentang-teknik-rangers-ftui/. Hasil wawancara pada tanggal 27 Desember 2008 di kediaman Ide S. R.
[2] http://indomiliter.com/2012/01/25/kri-ratulangi-induk-semangnya-kapal-selam-tni-al/
[3] Lisa Pease. “JFK, Indonesia, CIA and Freeport“. Maret 1996
[4] Walentina Waluyanti. "Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen". 2013: Netherland
[5] http://aswilblog.wordpress.com/2010/04/27/sekilas-tentang-tentang-teknik-rangers-ftui/. Hasil wawancara pada tanggal 27 Desember 2008 di kediaman Ide S. R.

2 komentar:

  1. Cukup menggugah semangat

    Teknik angkatan berapa?
    Perkenalkan teknik 16

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan saya. Salam kenal, saya dari Teknik 2010

      Hapus